Posted by Badar Jailani. Category:
Kisah Islami
Kisah berikut ini adalah tentang seorang anak yang sedang melakukan sebuah anjuran Allah swt, yakni sholat sunnah. ketika melaksanakan sholat sunnah orang tuanya memanggil. Berikut kisah selengkapnya :
Abu Hurairah ra
meriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, bahwa ada seorang laki-laki bernama
Juraij. Ia seorang ahli ibadah yang membuat suatu shauma'ah (biara) untuk
ibadahnya.
Pada suatu hari ibu
Juraij meanggilnya : "Juraij, wahai, Juraij." Ketika itu Juraij
sedang melakukan sholat dengan khusu'. Dia kebingungan dan berkata dalam hati :
"Apakah aku menjawab panggilan ibu, ataukah harus meneruskan sholat."
Dia semakin bingung dan akhirnya dia memutuskan untuk meneruskan sholat.
Ibunya memanggil Juraij
untuk yang kedua kalinya ; "Wahai Juraij, anakku dimana engkau?"
Juraij bertambah bingung, antara menjawab panggilan ibunya atau meneruskan
sholatnya dan akhirnya dia memilih melanjutkan sholatnya.
Ibunya masih berteriak
memanggil dengan suara yang lebih keras dan kesal : "Dimana engkau wahai
Juraij, kesinilah dulu!" Dia sangat kebingungan, apakah memenuhi panggilan
ibunya atau meneruskan sholat. Oleh karena sholatnya tinggal sedikit, maka dia
memilih melanjutkan sholat. Tidak memperdulikan panggilan ibunya.
Sudah tiga kali sang
ibu memanggil anaknya dan tidak diperdulikan. Maka kemarahan pun memuncak. Dan
sang ibu terlanjur mengutuk anaknya : "Wahai Juraij, semoga Allah tidak
mencabut nyawamu sebelum engkau melihat tampang seorang pelacur. Dengan
perasaan kesal dan sedih sang ibu kembali ke rumah.
Juraij memang sangat
terkenal seorang ahli ibadah di kalangan Bani Israil, sehingga terjadi seorang
wanita pelacur yang terkenal kecantikkannya berkata :"Saya dapat
menggugurkan ibadah Juraij." Maka pelacur itu berusaha merayu Juraij
dengan segala daya penariknya tetapi ternyata Juraij tidak dapat tergoda
olehnya sehingga jengkellah pelacur itu, maka ia memutuskan untuk berzina
dengan seorang penggembala yang tidak jauh dari biara Juraij, sehingga ia
hamil.
Dan ketika bayi yang
dikandung pelacur itu mengadu kepada sang raja : "Wahai Raja, aku telag
melahirkan seorang anak." Raja bertanya : "Dari siapakah engkau
mempunyai anak?" Pelacur itu menjawab : "Dari Juraij." Raja
bertanya lagi : "Maksudmu orang yang mempunyai biara ini?" Pelacur
menjawab : "Ya, betul."
Sang Raja sangat murka
dan menyuruh orang untuk menangkap Juraij dan dihadapkan ke depan sang Raja.
Dengan berjalan kaki dan kedua tangan diikat pada leher, Juraij menghadap
kepada sang Raja, dengan melewati kerumunan para pelacur. Mereka menyaksikan
iring-iringan itu, tetapi Juraij nampak kalem, tenang dan tersenyum. Sang Raja
memerintahkan agar biaranya dihancurkan dan orang-orang pun datang
berbondong-bondong untuk menghancurkannya, sehingga rta dengan tanah.
Juraij tiba dihadapkan
Raja. Lalu Raja bertanya : "Wahai Juraij, wanita ini menuduhmu telah
menghamilinya. Bagaimana pendapatmu?" Dengan tenang Juraij menjawab :
"Apalagi yang dituduhkannya kepadaku?" Raja berkata :"Apalagi
mengatakan bahwa anaknya adalah anakmu." Kemudian Juraij menoleh kepada
sang pelacur, seraya berkata : "Apakah benar tuduhanmu itu, bahwa aku
menggaulimu?" Pelacur menjawab : "Ya, benar." Juraij bertanya :
"Sekarang dimanakah anak itu?" Pelacur menjawab : "Dia berada
dalam ayunan."
Lalu JUraij menghampiri
bayi yang tiada berdosa itu dan bertanya : "Wahai anak manis, siapakah
ayahmu?" Tiba-tiba anak yang dalam ayunan itu menjawab : "Penggembala
sapi."
Semua yang hadir
terperanjat menyaksikan keanehan tersebut dan merasa sangat bersalah kepada
Juraij, terutama sang Raja. Dengan rasa malu dan penuh penyesalan sang Raja
berkata : "Wahai Juraij, maukah saya bangunkan kembali biaramu itu dengan
bahan serba emas?" Juraij menjawab : "Tidak." Kemudian Raja
berkata lagi : "Atau saya membangunnya kembali dengan perak?" Juraij
menjawab : "Tidak." Raja berkata : "Terus dengan apa saya harus
membangunnya kemabli?" Juraij menjawab : "Bangun saja seperti sedia
kala."
Maka sang Raja
memerintahkan agar biara milik Juraij dibangun kembali seperti semula. Raja
kembali bertanya kepada Juraij : "Mengapa kamu menerima semua kenyataan
ini dengan tersenyum. Bahkan ketika ditonton oleh para pelacur pun kamu
kelihatan tenang dan tetap menghadiahkan senyuman?" Juraij menjawab :
"Ketika itu aku baru sadar bahwa kata-kata ibuku telah didengar dan
dikabulkan oleh Allah." Dan kemudian Juraij menceritakan kepada mereka
atas apa yang telah terjadi atas dirinya.
Perhatikanlah kisah di
atas dan ambillah pelajarab dari kisah tersebut. Juraij adalah seorang yang
shalih yang rajin mengerjakan amalan sunnat. Ketika ibunya memanggilnya, ia
tidak menjawab. Sikapnya itu menyakitkan hati ibunya sehingga keluarlah
kata-kata kutukan itu dari lisan ibunya, sehingga kutukannya tersebut menjadi
kenyataan. Dan bagi seorang anak, jangan sampai mengabaikan panggilan orang
tua. Padahal di zaman kini banyak terjadi anak tidak memperdulikan panggilan
orang tua. Apalagi sedang asyik dengan kegiatan yang menjadi kegemarannya.
0 komentar:
Posting Komentar