Selasa, 24 Maret 2015

Kebijakan Diskriminatif Terhadap Umat Islam di Indonesia

Pada kesempatan kali ini, ada berita terbaru tentang penggunaan kata muhammad dan Ali yang dianggap sebagai dikriminasi bagi umat muslim indonesia.b Seperti apa berita dan tanggapan masyarakat di bawah di paparkan lebih lanjut tentang itu :

 
Terkait dengan larangan warga negara yang bernama “Muhammad” dan “Ali” masuk melalui autogate di keimigrasian Bandara Soekarno Hatta, menurut Pemerhati Kontra Terorisme, Haris Abu Ulya, hal itu dinilai sebagai sistem “Gebyah Uyah” pemerintah.

“Generalisasi terhadap tiap warga yang bernama Muhammad dan Ali dianggap punya potensi bermasalah terkait isu politik keamanan yaitu terorisme,” kata Harist dalam rilisnya kepada hidayatullah.com, Jum’at (20/03/2015).


Menurut Harist pemerintah seperti kehilangan nalar sehat dan kreatifitas untuk menempuh cara-cara yang bermartabat soal monitoring lintas batas warga negara.

“Pemerintah dalam hal ini imigrasi ngacau. Memicu masalah baru bagi umat Islam. Sistem yang seperti itu jelas diskriminatif mengkriminalkan nama Muhammad dan Ali,” kata Harist.

Harist menyampaikan jika cara-cara diskriminatif dan tendensius seperti itu wajib dihindari oleh pemerintah, dan secepatnya harus dicabut sebelum melahirkan keresahan yang eskalasinya lebih besar.

“Tindakan seperti itu sejatinya masuk wilayah sensitif (SARA) yang bisa melahirkan ketersinggungan umat Islam mayoritas di Indonesia,” tegas Harist.

Masih menurut Harist, notabene kata “Muhammad” adalah nama yg mulia Nabi Muhammad SAW dengan makna yang mulia. Sementara untuk nama “Ali” adalah nama sosok sahabat Nabi yang mulia dan dicintai semua umat Islam sedunia.

“Terus apa salahnya dengan dua nama tersebut hingga harus mengalami diskriminasi?”

Direktur CIIA tersebut mengatakan jika pemerintah (imigrasi.red) benar-benar tidak peka dan gegabah. Kasus seperti ini merupakan contoh potret kebijakan diskriminatif terhadap umat Islam di Indonesia.

Seperti itu bentuk diskriminasi yang diberikan dalam penggunaan nama "Muhammad dan Ali".

Cara Agar Menjadi Pemuda Islam Yang Tauladan

Pemuda adalah generasi penerus yang sering menjadi beban bagi perkembangan zaman. Pemuda masa kini yang identik dengan hura-hura, foya-foya dan menghalalkan segala macam cara demi memnuhi hasrat semata. Generasi seperti ini bukanlah generasi yang didamba-dambakan tapi malah sebaliknya generasi seperti ini adalah generasi yang ingin merusak bangsa, negara bahkan tanah airk kita sendiri.

Pemuda itu tak harus disuruh, Pemuda itu tak harus berpangku tangan, tapi pemuda yang dibanggakan adalah pemuda yang menjadi tokoh tauladan dalam dunia amupun akhirat.

Dunia dan Akhirat yang menjadi tumpuan pemuda, sangat diwajibkan ketika memiliki sikap yang tata krama terhadap islam. Artinya bahwa setiap tingkah laku yang pemuda dilakukan dunia harus bermanfaat dikehidupan akhirat nanti.

Sikap seorang pemuda tidak harus diperlihatkan dengan cara pembuktian yang nyata tapi alangkah lebih baik jika seorang pemuda itu menularkan sikap yang baik terhadap kalangan masyarakat. Dan merupakan poin emas jika selalu memberikan inspirasi terbaik dalam setiap masa.

Pemuda yang saya paparkan tadi mungkin jarang sekali kita jumpai, tapi alangkah baiknya jika kita belajar bagaimana menjadi pemuda yang baik dengan jalan memperbaiki sikap dan tatanan pembelajaran. Pembelajaran seperti apa yang bisaa dilakukan pemuda sehingga menjadi Pemuda dambaan. Berikut ini saya akan paparkan lebih mendalam 2 cara tersebut :

Rajin Membaca Al-Quran

Membaca Alquran merupakan kewajiban setiap muslim untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Tapi kehidupan dewasa banyak cobaan dari dunia teknologi sehingga kebiasaan membaca Al-Quran tergantikan oleh browsing di internet, BBM, Whatshapp, DLL.

Salah seorang dai kondang di negeri ini pernah berkata, “Kalau saja kita bisa menatap Al-Qur’an seperti kita menatap layar handphone kita, black berry kita, saya jamin, satu tahun hafal Qur’an 30 juz.”

Oleh karena itu tumbuhkan, budaya membaca Al-Quran untuk menjadi pemuda yang lebih bertaqwa kepada Allah swt.

Selalu Mengikuti Pengajian dan Kajian Ilmu

Kalau masalah kajian ilmu, Di dunia ini sudah sangat banyak cara untuk mendapatkan ilmu salah satunya adalah melalui media sosial tersebut. Media sosial yang sering kita gunakan sangatlah cocok apalagi kalau kita sibuk dengan pekerjaan, tinggal browsing sudah dapat ilmunya.

Memanfaatkan media sosial secara positif, adalah tingkah laku yang baik karena dikehidupan ini khususnya remaja tidak memanfaatkannya dengan baik.

Selain itu, kalangan masyarakat juga sudah banyak yang memulai pengkajian ilmu lewat pengajian. Pengajian yang sering di laksanakan di mesjid dan rumah adalah salah satu wadah selain media sosial yang dipergunakan untuk mengkaji sebuah ilmu. Namun kebiasaan kita sebagai pemuda agak gengsi untuk mendatangi tempat tersebut.

Ada ungkapan yang sering kita dengar "masih zaman kah, jadi anak mesjid". Jangan diikutihal yang seprti ini. karena inilah setan yang wujudnya manusia.

Jadi marilah kita jadi generasi yang bermanfaat dan mempunyai tujuan yang jelas. Sehingga tatanan hidup di masa yang akan datang terlihat sangat jelas dan tak lupuk dipandang mata.

Jumat, 20 Maret 2015

Kisah Inspirasi Anak Terhadap Ayahnya

Kali ini saya akan berbagi tentang kisah islami dengan tema hidup tidak untuk main-main semata. Dikutip dari salah satu Fans Page Facebook. Sangat menginspirasi cerita sehingga saya jadikan sebuah tulisan dalam Blog ini. Berikut Kisah selengkapnya :

Minggu lalu saya kembali Jum’atan di Graha CIMB Niaga Jalan Sudirman setelah lama sekali nggak sholat Jum’at di situ… Sehabis meeting dengan salah satu calon investor di lantai 27, saya buru2 turun ke masjid karena takut terlambat..dan bener aja sampai di masjid adzan sudah berkumandang… Karena terlambat saya jadi tidak tau siapa nama Khotibnya saat itu.. sambil mendengarkan khotbah saya melihat Sang Khotib dari layar lebar yg di pasang di luar ruangan utama masjid.. Khotibnya masih muda, tampan, berjenggot namun penampilannya bersih..dari wajahnya saya melihat aura kecerdasan..tutur katanya lembut namun tegas…dari penampilannya yg menarik tsb..saya jadi penasaran..apa kira2 isi khotbahny.

Ternyata betul dugaan saya!!!…isi ceramah dan cara menyampaikannya membuat jamaah larut dalam keharuan..banyak yg mengucurkan air mata (termasuk saya)..bahkan ada yg sampai tersedu sedan... Weleh2..sampai segitunya ya..lalu apa sih isi ceramahnya..koq kayaknya amazing bingitzz…

Dengan gaya yg menarik Sang Khotib menceritakan “true story”..seorang anak berumur 10 th namanya Umar..dia anak pengusaha sukses yg kaya raya.. Oleh ayahnya si Umar di sekolahkan di SD Internasional paling bergengsi di Jakarta..tentu bisa ditebak, bayarannya sangat mahal..tapi bagi si pengusaha, tentu bukan masalah..wong uangnya berlimpah… Si ayah berfikir kalau anaknya harus mendapat bekal pendidikan terbaik di semua jenjang..agar anaknya kelak menjadi orang yg sukses mengikuti jejaknya...

Suatu hari isterinya kasih tau kalau Sabtu depan si ayah diundang menghadiri acara “Father’s Day” di sekolah Umar.. “Waduuuh saya sibuk ma..kamu aja deh yg datang..” begitu ucap si ayah kpd isterinya..bagi dia acara beginian sangat nggak penting..dibanding urusan bisnis besarnya.. Tapi kali ini isterinya marah dan mengancam..sebab sudah kesekian kalinya si ayah nggak pernah mau datang ke acara anaknya..dia malu karena anaknya selalu didampingi ibunya..sedang anak2 yg lain selalu didampingi ayahnya… Nah karena diancam isterinya..akhirnya si ayah mau hadir meski agak ogah2an..

Father’s day adalah acara yg dikemas khusus dimana anak2 saling unjuk kemampuan di depan ayah2nya.. Karena ayah si Umar ogah2an maka dia memilih duduk di paling belakang..sementara para ayah yg lain (terutama yg muda2) berebut duduk di depan agar bisa menyemangati anak2nya yg akan tampil di panggung… Satu persatu anak2 menampilkan bakat dan kebolehannya masing2..ada yg menyanyi..menari..membaca puisi..pantomim..ada pula yg pamerkan lukisannya..dll.. Semua mendapat applause yg gegap gempita dari ayah2 mereka…tibalah giliran si Umar dipanggil gurunya untuk menampilkan kebolehannya..

“Miss, bolehkah saya panggil pak Arief..” tanya si Umar kpd gurunya..pak Arief adalah guru mengaji untuk kegiatan ekstra kurikuler di sekolah itu… ”Oh boleh..” begitu jawab gurunya..dan pak Ariefpun dipanggil ke panggung… “Pak Arief, bolehkah bapak membuka Kitab Suci Al Qur’an Surat 78 (An-Naba’)” begitu Umar minta kepada guru ngajinya…”Tentu saja boleh nak..” jawab pak Arief.. “Tolong bapak perhatikan apakah bacaan saya ada yg salah..” lalu si Umar mulai melantunkan QS An-Naba’ tanpa membaca mushafnya (hapalan)..dengan lantunan irama yg persis seperti bacaan “Syaikh Sudais” (Imam Besar Masjidil Haram)…

Semua hadirin diam terpaku mendengarkan bacaan si Umar yg mendayu-dayu…termasuk ayah si Umar yg duduk dibelakang…”Stop..kamu telah selesai membaca ayat 1 s/d 5 dengan sempurna..sekarang coba kamu baca ayat 9..” begitu kata pak Arief yg tiba2 memotong bacaan Umar… lalu Umarpun membaca ayat 9…”Stop, coba sekarang baca ayat 21..lalu ayat 33..” setelah usai Umar membacanya…lalu kata pak Arief:“Sekarang kamu baca ayat 40 (ayat terakhir)”..si Umarpun membaca ayat ke 40 tsb sampai selesai”... “Subhanallah…kamu hafal Surat An-Naba’ dengan sempurna nak…” begitu teriak pak Arief sambil mengucurkan air matanya…para hadirin yg muslimpun tak kuasa menahan airmatanya… Lalu pak Arief bertanya kepada Umar : ”Kenapa kamu memilih menghafal Al-Qur’an dan membacakannya di acara ini nak, sementara teman2mu unjuk kebolehan yg lain..?” begitu tanya pak Arief penasaran…

Begini pak guru…waktu saya malas mengaji dalam mengikuti pelajaran bapak..bapak menegur saya sambil menyampaikan sabda Rasulullah SAW : ”Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?” Dijawab,”Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an.” (H.R. Al-Hakim)…

“Pak guru..saya ingin mempersembahkan “Jubah Kemuliaan” kepada ibu dan ayah saya di hadapan Allah di akherat kelak..sebagai seorang anak yg berbakti kpd kedua orangnya..” Semua orang terkesiap dan tdk bisa membendung air matanya mendengar ucapan anak berumur 10 th tsb… Ditengah suasana hening tsb..tiba2 terdengan teriakan “Allahu Akbar..!!” dari seseorang yg lari dari belakang menuju ke panggung…

Ternyata dia ayah si Umar..yg dengan ter-gopoh2 langsung menubruk sang anak..bersimpuh sambil memeluk kaki anaknya.. ”Ampuun nak.. maafkan ayah yg selama ini tidak pernah memperhatikanmu..tdk pernah mendidikmu dengan ilmu agama..apalagi mengajarimu mengaji…” ucap sang ayah sambil menangis di kaki anaknya…” Ayah menginginkan agar kamu sukses di dunia nak…ternyata kamu malah memikirkan “kemuliaan ayah” di akherat kelak…ayah maluuu nak" ujar sang ayah sambil nangis ter-sedu2…subhanallah... Sampai disini, saya melihat di layar Sang Khotib mengusap air matanya yg mulai jatuh…semua jama’ahpun terpana..dan juga mulai meneteskan airmatanya..termasuk saya..diantara jama’ahpun bahkan ada yg tidak bisa menyembunyikan suara isak tangisnya...luar biasa haru... Entah apa yg ada dibenak jama’ah yg menangis itu..mungkin ada yg merasa berdosa karena menelantarkan anaknya..mungkin merasa bersalah karena lalai mengajarkan agama kpd anaknya.. mungkin menyesal krn tdk mengajari anaknya mengaji..atau merasa berdosa karena malas membaca Al-Qur’an yg hanya tergeletak di rak bukunya..dan semua..dengan alasan sibuk urusan dunia…!!! Saya sendiri menangis karena merasa lalai dengan urusan akherat..dan lebih sibuk dengan urusan dunia..padahal saya tau kalau kehidupan akherat jauh lebih baik dan kekal dari pada kehidupan dunia yg remeh temeh, sendau gurau dan sangat singkat ini..seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Al-An'Amayat 32:”

Oleh karena itu, Hidup didunia ini kalau cuma main-main semata tidak ada gunanya kerena kehidupan yang indah dan berkah adalah semata-mata hanya untuk Allah swt.

Minggu, 15 Maret 2015

KISAH PERAMPOK YANG JIHAD DI JALAN ALLAH

Kita mungkin tidak pernah mengira seorang perampok bisa menjadi lebih tawakkal kepada Allah swt. Namun kisah berikut ini yang di kutip dari http://kisahislam.net mampu memberikan kita sebuah pelajaran dan mandapatkan hikmah dibalik peristiwa tersebut.

Al-Imam Ibnu Jarir rahimauhullah meriwayatkan bahwasanya ‘Ali Al-Asadi telah membuat kerusakan, membuat para penempuh jalan ketakutan dan telah menumpahkan darah dan merampok. Maka iapun menjadi buronan para penguasa dan juga rakyat, akan tetapi ia tidak mau menyerahkan diri, dan mereka tidak mampu pula untuk menangkapnya. Hingga akhirnya iapun datang dalam keadaan bertaubat. Hal ini disebabkan ia mendengar seseorang membaca firman Allah :

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Az-Zumar : 53)

Lalu ‘Ali Al-Asadipun berhenti di hadapan lelaki tersebut dan
berkata, “Ulangi kembali bacaan ayat ini !”. Lalu lelaki tersebut mengulangi kembali bacaannya, maka Ali pun menyarungkan pedangnya lalu datang dalam kondisi bertaubat.

Iapun masuk ke kota Madinah di waktu sahur (sebelum subuh), lalu mandi, kemudian mendatangi mesjid Nabawi lalu sholat subuh. Setelah itu iapun duduk di dekat Abu Huroiroh radhiallahu ‘anhu, ia duduk di kerumunan para sahabat Abu Huroiroh. Tatkala matahari menguning maka orang-orangpun mengenalnya lalu merekapun berdiri menuju ke arahnya. Ali pun segera berkata, “Kalian tidak bisa menangkapku karena aku telah datang dalam keadaan bertaubat sebelum kalian berhasil menangkapku”. Abu Huroiroh berkata, “Ia telah benar”. Abu Huroiroh lalu menggandeng tangan Ali Al-Asadi hingga membawanya ke Marwan bin Al-Hakam –yang merupakan gubernur kota Madinah di zaman kekhalifahan Mu’aawiyah bin Abi Sufyan-. Lalu Abu Huroiroh berkata kepada Marwan, “Ini si Ali telah datang dalam keadaan bertaubat, dan tidak ada jalan bagi kalian untuk menghukumnya atau membunuhnya”. Akhirnya Ali pun dibiarkan dan tidak dihukum sama sekali.

Lalu Ali pun keluar dalam keadaan bertaubat dan berjihad di jalan Allah dalam peperangan di lautan. Pasukan kaum muslimin bertemu dengan pasukan Romawi, lalu kaum muslimin mendekatkan kapal Ali ke salah satu kapal pasukan Romawi, lalu beliaupun melompat ke kapal mereka dan merusak salah satu sisi kapal mereka hingga kapal mereka miring dan akhirnya merekapun seluruhnya tenggelam bersama beliau rahimahullah” (Tafsir Ibnu Katsiir 3/102-103 pada tafsir surat Al-Maadiah ayat 32-34)

Oleh karena itu, kita jangan menganggap seseorang itu keji dimata Allah hanya karena perbuatannya. Menilai seseorang bukan hanya sesaat tapi hidup itu berkelanjutan.

Senin, 09 Maret 2015

PENALARAN TENTANG ISLAM ITU SUDAH PASTI SALAH

Gambaran tentang islam sudah banyak beredar dibenak masyarakat luas, dan beranggapan bahwa islam adalah agama yang paling benar. Kesalahan presepsi inilah yang mampu mengundang sebuah perdebatan panjang yang tak ada akhie, ada akhir tapi menyimpan dari tata letak pemahamn islam. Sebagai gambaran kalangan masyarakat yang fanatik dengan kebenaran islam tidak pernah mengatakan bahwa islam itu salah, karena komitmennya. Tapi kalau ada anggapan yang mengatakan seperti ini "Islam itu sudah pasti salah", Kita pasti berpikir hal-hal yang tidak misalnya munafik, syirik atau bid'ah.

Di bawah ini pembahasan tentang apa maksud perkataan dari "Islam itu sudah pasti salah", silahkan disimak dengan baik.

Di dalam agama lain kita mengenal ajaran trimurti, dosa waris, penebusan, inkarnasi, hukum karma, trinitas, dsb. Di dalam agama kita pun ada ajaran seperti tauhid, tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan, tuhan semacam robot yang dikontrol oleh 99 sifat, tuhan adalah alien yang tidak serupa dengan apapun, haji dapat menyucikan dosa, puasa Ramadhan dapat menyucikan dosa, rajin membaca sholawat nabi dijamin masuk surga, hafal 99 asmaul husna dijamin masuk surga, orang yang sebelum meninggal mengucapkan syahadat dijamin masuk surga, dst…dst... Itu semua merupakan dogma yang menuntut keimanan dan kebenarannya baru dapat kita buktikan setelah kita memasuki alam baka.

Herannya, kita yang muslim kerap mempersalahkan agama lain hanya karena kita tidak setuju dengan dogmanya, sementara itu, ajaran bejat dalam agama kita sendiri malah dianggap benar?

Sering saya mendengar kesaksian para mualaf yang bercerita kenapa mereka murtad dari agamanya yang lama, yaitu hanya karena mereka bingung atau tidak mengerti dengan dogmanya. Coba dipikir, dapatkah suatu agama divonis bersalah hanya karena suatu alasan yang tidak masuk akal, yaitu karena ajarannya membingungkan? Ibaratnya kita menuntut Einstein ke pengadilan karena dia telah mengajarkan teori relativitas dan alasan kita menuntutnya adalah “karena saya bingung oleh teorinya itu. Einstein layak dimasukkan ke penjara karena dia telah mengajarkan suatu teori yang membingungkan saya.” Dapatkah bingung dijadikan alasan? Para mualaf yang bodoh itu, hanya karena mereka tidak mengerti, hanya karena bingung, mereka menganggap agama yang dianut sebelumnya itu salah. Sebenarnya siapa yang pantas dipersalahkan? Orang yang tidak mengerti atau agamanya? Bukankah kalau kita tidak mengerti tandanya kita masih perlu banyak belajar? Dan kalaupun kita sudah banyak belajar tapi masih belum mengerti juga, ada 2 kemungkinan: (1) Kita memiliki IQ terbatas, atau (2) Kita sebenarnya dapat mengerti tapi ada sesuatu yang menghalangi kita untuk menerimanya.

Seorang anak SD ketika diajarkan rumus-rumus reaksi kimia oleh kakaknya yang sudah SMA, dia bingung, dan walaupun sudah seharian dia mikir tetap saja bingung. Akhirnya dia memvonis kakaknya “SALAH”, “BODOH”, “ORANG YANG MEMBINGUNGKAN”. Seperti itulah kita, bila kita meributkan masalah dogma suatu agama, dan memvonis agama itu salah hanya karena kita tidak bisa mengerti apa yang dimaksudkannya.

Agama yang dogmanya membingungkan tidak bisa dianggap SALAH. Dogma menyangkut keimanan, dan pembuktiannya nanti setelah kita meninggal.

Kita tidak bisa mengatakan suatu agama itu salah hanya karena kita tidak setuju dengan dogma yang diajarkannya, tetapi kita dapat mengatakan suatu agama itu salah karena AJARAN MORAL yang diajarkannya BEJAT & JAHAT.

Kalau kita mau jujur, sebenarnya kita tidak bisa menentukan apakah sebuah dogma yang dianut suatu agama itu PASTI SALAH atau PASTI BENAR, tetapi nanti setelah kiamat barulah kita dapat tahu itu benar atau salah. Sedangkan untuk mengetahui sebuah moralitas itu SALAH atau BENAR, kita tidak perlu harus menunggu sampai kiamat tiba, saat ini juga kita sudah dapat menentukannya.

Itulah kenapa saya katakan, bahwa Islam sudah pasti salah, sedangkan agama lain belum tentu salah.

Kita tidak perlu menjadi seorang PROFESOR untuk mengetahui mana agama yang salah, cukup dengan bekal HATI NURANI saja, kita dapat mengetahuinya saat ini juga.

Dan kita juga tidak perlu menunggu sampai kiamat tiba untuk mengetahui mana agama yang salah, karena dengan menguji ajaran moralnya kita dapat tahu, apakah agama itu salah atau benar.

Nah, Bagaimana bila kita disodori sebuah ajaran:

“Jagalah penismu, kecuali terhadap istri dan pelayan-pelayanmu.” (QS 23:5-6)

atau,

“Kawinlah sebanyak 2, 3 atau 4, atau bila takut tidak mampu menafkahi, setubuhi pelayan saja.” (QS 4:3)

“Pukullah istrimu” (QS 4:34),

“Kurunglah sampai mati” (QS 4:15),

“Merampok itu halal” (QS 8:69, QS 48:20),

“Di surga, pria Muslim akan dihadiahi cewek-cewek cantik” (QS 52:17-20, QS 56:22-24),

“Bunuh orang-orang kafir yang ada di sekitarmu” (QS 9:123, QS 9:5)

Setelah kita mencermati kutipan di atas, mungkin kita sudah mampu mendapat sebuah arti dari Islam Itu Sudah Pasti Salah. Semoga bermanfaat.

KISAH BIDADARI TERCANTIK SURGA AINUL MARDHIAH

Pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi kisah islami tentang Kisah Ainul Mardhiah - Bidadari tercantik di Surga.

Kisah Ainul Mardhiah diceritakan dalam Hadits Nabi riwayat Tirmidzi. Setiap pandangan yang melihatnya pasti akan menemukan keridhaan di hati .

Ketika pagi hari di bulan Ramadhan, Nabi sedang memberikan targhib (semangat untuk berjihad) kepada pasukan Islam. Nabi pun bersabda, "Sesungguhnya orang yang mati syahid karena Allah, maka Allah akan menganugerahkannya Ainul Mardhiah, bidadari paling cantik di surga". Salah satu sahabat yang masih muda yang mendengar cerita itu menjadi penasaran. Namun, karena malu kepada Nabi dan sahabat-sahabat lain, sahabat ini tidak jadi mencari tahu lebih dalam mengenai Ainul Mardhiah.

Waktu Zuhur sebentar lagi, sesuai sunah Rasul, para sahabat dipersilakan untuk tidur sejenak sebelum pergi berperang. Bersama kafilah perangnya pun sahabat yang satu ini tidur terlelap dan sampai bermimpi.

Di dalam mimpinya dia berada di tempat yang sangat indah yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Dia pun bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik yang belum pernah ia lihat sebelumnya.



Ia pun bertanya kepada wanita tersebut, "Di manakah ini?".

"Inilah surga.", jawab wanita itu.

Kemudian sahabat ini bertanya lagi, "Apakah Anda Ainul Mardhiah?"

"Bukan, saya bukan Ainul Mardhiah. Kalau Anda ingin bertemu dengan Ainul Mardhiah, dia sedang beristirahat di bawah pohon yang rindang itu."



Didapatinya oleh sahabat itu seorang wanita yang kecantikannya berkali-kali lipat dari wanita pertama yang ia lihat.

"Apakah Anda Ainul Mardhiah?"

"Bukan saya ini penjaganya. Kalau Anda ingin bertemunya di sanalah singgasananya."

Lalu sahabat ini pun pergi ke singgasana tersebut dan sampailah ke suatu mahligai. Didapatinya seorang wanita yang kecantikannya berlipat-lipat dari wanita sebelumnya yang sedang mengelap-ngelap perhiasan. Sahabat ini pun memberanikan diri untuk bertanya.

"Apakah Anda Ainul Mardhiah?"

"Bukan, saya bukan Ainul Mardhiah. Saya penjaganya di mahligai ini. Jika Anda ingin menemuinya, temuilah ia di mahligai itu."

Pemuda itu pun beranjak dan sampailah ke mahligai yang ditunjukkan. Didapatinya seorang wanita yang kecantikannya berlipat-lipat dari wanita sebelumnya dan sangat pemalu. Pemuda itu pun bertanya.

"Apakah Anda Ainul Mardhiah?"

"Ya, benar saya Ainul Mardhiah"

Pemuda itu pun mendekat, tetapi Ainul Mardhiah menghindar dan berkata, "Anda bukan seorang yang mati syahid."

Seketika itu juga pemuda itu terbangun dari mimpinya. Dia pun menceritakan ceritanya ini kepada seorang sahabat kepercayaannya yang dimohonkan untuk merahasiakannya sampai ia mati syahid.

Komando jihad pun menggelora. Sahabat ini pun dengan semangatnya berjihad untuk dapat bertemu dengan Ainul Mardhiah. Ia pun akhirnya mati syahid.

Di petang hari ketika buka puasa, sahabat kepercayaan ini menceritakan mimpi sahabat yang mati syahid ini kepada Nabi. Nabi pun membenarkan mimpi sahabat muda ini dan Nabi bersabda, "Sekarang ia bahagia bersama Ainul Mardhiah".

Agungnya Ainul Mardhiah ini pun menginspirasi tim nasyid UNIC untuk menciptakan lagu khusus dengan judul Ainul Mardhiah dengan lirik yang sangat menyentuh berikut ini.

Dirimu pembakar semangat perwira

Rela berkorban demi agama

Kau jadi taruhan berjuta pemuda

Yang bakal dinobat sebagai syuhada'

Itulah janji pencipta yang Esa

Engkaulah bidadari dalam syurga

Bersemayam di mahligai bahgia

Anggun gayamu wahai seorang puteri

Indahnya wajah bermandi seri

Menjadi cermin tamsilan kendiri

Untuk melakar satu wacana

Buatmu bernama wanita

Ainul Mardhiah

Kau seharum kuntuman di taman syurga

Menanti hadirnya seorang lelaki

Untuk menjadi bukti cinta sejati

Oh Tuhan

Bisakah dicari di dunia ini

Seorang wanita bak bidadari

Menghulurkan cinta setulus kasih

Di hati lelaki bernama kekasih

Terima kasih karena telah menyempatkan membaca artikel ini, semoga bermanfaat.

Sabtu, 07 Maret 2015

PENJUAL KUE YANG KASAR

Menjual kue dan membeli kue adalah hal yang sering kita temukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Apalagi kalau Cuma makan kue saja tidak menjual apalagi membeli. Tapi pernah kah kita berpikir sejenak bahwa di balik kedua kegiatan itu ada sebuahhikmah yang bisa kita petik. Percaya atau tidak silahkan simak kisah islami berikut ini :

Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara lalu menemukan tempat untuk duduk. Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru saja dibelinya.

Dalam keasyikannya tersebut ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka. Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan.



Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si pencuri kue yang kurang ajar itu menghabiskan persediaannya. Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu.

Wanita itu sempat berpikir, “Jika aku bukan orang baik, sudah kutonjok dia!” Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki juga mengambil satu. Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa diwajahnya dan tawa gugup, si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separo miliknya, sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir, “Ya ampun orang ini berani sekali. Ia juga kasar, malah ia tidak kelihatan berterima kasih.

Belum pernah rasanya ia begitu kesal. Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan. Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang tanpa menoleh pada si “Pencuri tak tahu terima kasih”.

Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas dengan kaget. Di situ ada kantong kuenya, di depan matanya. “Koq milikku ada di sini,” erangnya dengan patah hati.

Jadi kue yang ia makan di bandara bukanlah miliknya, tetapi milik lelaki yang bersedia berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih dan dialah pencuri kue itu

Semoga kita mampu mengambil sebuah hikmah dari cerita di atas terutama dalam hal prasangka buruk kepada orang lain.

KISAH ORANG KRISTEN MENINGGAL DALAM KEADAAN ISLAM


Saat ia pergi, keadaan ibunya semakin memburuk, dan Subhanallah sopir taksi itu melihat tanda-tanda kmatian pada perempuan itu. Dia segera beralih ke sisinya dan membimbingnya utk bersyahadat (kesaksian iman), sesuai dengan hadits yg dia ketahui :

“Barangsiapa yang akhir ucapannya laa ilaaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah), ia akan masuk surga.” [Abu Dawud]. Sang ibu memandang si sopir dan seolah percaya akan hal itu. Akhirnya dia mengucapkan ‘kata-kata iman, laa ilaaha illallaah’ sebelum nafas terakhirnya.

Ketika anak itu kembali, si sopir memberitahukan kabar duka tersebut. Anak laki-laki itu langsung pergi berlari ke sebuah tanah lapang sambil terus menangis, ia hampir saja berteriak histeris.

Namun sopir taksi itu pun mendatangi dan menghiburnya lalu berkata, “Jangan khawatir, aku telah membantunya mengucapkan syahadat dan alhamdulillah dia mengucapkannya dengan suara yang sangat jelas.”


Anak itu kemudian berteriak keras, “Apaa!!! Mengapa Anda melakukan itu kepada ibuku???!!! Tidak tahukah Anda kalau kami adalah penganut Kristen ?

Jumat, 06 Maret 2015

WANITA TAKLUK KARENA NASIHAT SEORANG PEMUDA


Berkahnya orang istiqomah itu dicintai Allah, selain dijaga malaikat dicintai Allah. Orang yang istiqomah itu kalaupun suatu saat Allah menahannya dari beramal, pahalanya insya Allah dapat. Misalnya kita istiqomah sholat jama’ah, lalu Allah menakdirkan sakit atau hujan lebat, itu pahalanya tetap dapat. Atau kita istiqomah tiap malam tahajud, suatu saat Allah memberikan tidur yang pulas karena capek habis belajar, habis kerja, itu tetap dapat pahala tahajud.

Adapun kisah berikut ini adalah tentang pelaku dosa yang bertaubat lalu tidak mengulang kembali perilakunya. Inilah istiqomah yang diimpikan. Berikut Kisahnya :

WANITA YANG MENJADI SHALEHAH KARENA NASIHAT SEORANG PEMUDA

Dari Ahmad bin Said dari bapaknya, ia berkisah:

Di Kufah terdapat seorang pemuda yang rajin beribadah. Ia selalu ke masjid, tidak pernah tidak. Ia juga seorang yang tampan dan baik. Lalu ada seorang gadis cantik dan cerdas jatuh hati padanya. Selang berapa lama, suatu hari gadis itu berdiri di jalan yang biasa dilewati pemuda menuju masjid.

Gadis itu berkata (untuk merayunya), “Dengarkanlah ucapanku, kemudian setelah itu terserah kamu.” Pemuda itu berlalu tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya. Sewaktu pemuda itu pulang dari masjid, wanita tersebut masih berdiri di tempatnya, dia berkata, “Wahai fulan, dengarkanlah ucapanku.” Pemuda itu serba salah, lalu ia pun menjawab, “Ini adalah perbuatan yang bisa mendatangkan prasangka buruk. Sementara aku tidak menyukai hal itu.”

Gadis itu berkata, “Demi Allah, tidaklah aku berdiri di sini karena ketidaktahuanku tentang dirimu. Na’udzubillah, kalau orang-orang melihat seperti itu dariku. Yang membuatku berani dalam urusan ini adalah pengetahuanku bahwa sedikit dari hal ini menurut orang-orang adalah banyak, dan kalian para ahli ibadah dalam urusan ini bisa berubah oleh sesuatu yang remeh. Yang ingin aku katakana kepadamu adalah anggota tubuhku selalu tertuju padamu. Maka Allah… Allah pertimbangkanlah urusanku dan urusanmu.”

Maksud gadis ini ia telah lama memperhatikan sang pemuda oleh karena itu ia katakana tujuannya berdiri di jalan tersebut karena tahu dan kagum kepada sang pemuda. Ia berani merayu sang pemuda walaupun orang-orang shaleh seperti pemuda ini menganggap besar dosa-dosa yang diremehkan orang, namun tidak jarang mereka juga tergelincir oleh wanita, gadis itu katakana “kalian ahli ibadah bisa berubah karena urusan yang remeh.”

Pemuda itu pulang dan hendak menunaikah shalat (sunah pen.) di rumah, namun ia tidak bisa melakukannya karena pikirannya terganggu. Lalu ia menulis dan keluar dari rumahnya. Ternyata sang wanita masih berdiri di tempatnya, sang pemuda pun memberikan apa yang ia tulis kepada wanita tersebut, lalu kembali lagi ke rumah.

Tulisan itu berisi, “Bismillahirrahmanirrahim.. ketahuilah wahai Fulanah, jika ada seorang muslim yang bermaksiat kepada-Nya, maka Dia menutupinya. Jika dia mengulanginya maka Allah tetap menutupinya. Tetapi jika ia telah memakai pakaian kemaksiatan, maka Allah ‘Azza wa Jalla murka dengan kemurkaan dimana langit, bumi, gunung, pohon, dan hewan-hewan tidak kuasa menanggungnya. Siapa yang kuat menanggung murka-Nya?

Jika apa yang kamu sebutkan itu suatu kebatilan, maka aku mengingatkanmu akan suatu hari ketika langit seperti luluhan perak dan gunung-gunung seperti kapas. Umat manusia berlutut di hadapan Allah Yang Maha Besar lagi Maha Agung. Demi Allah, aku sendiri tidak mampu menyelamatkan diriku, lalu bagaimana mungkin aku mampu menyelamatkan orang lain saat itu? Jika apa yang kamu sebutkan itu benar (ingin mengobati luka), maka akan kutunjukkan kamu kepada dokter yang mampu mengobati luka yang perih dan rasa sakit yang pedih, Dia adalah Allah Rabbul ‘alamin. Kepada-Nya lah kamu harus berlari dengan permohonan yang benar. Aku sendiri telah sibuk –tak sempat memikirkanmu- karena firman Allah.

“Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat) ketika hati menyesak sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang zalim tidak menyukai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya. Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sembahan-semabahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan sesuatu apa pun. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Mukmin: 18-20). Adakah tempat berlari dari ayat ini?

Beberapa hari kemudian gadis itu kembali berdiri di jalan yang dilewati pemuda itu. Tatkala si pemuda itu melihatnya dari jauh, ia pun hendak kembali supaya tidak melihatnya. Tetapi gadis itu berkata, “Wahai pemuda, jangan kembali. Karena tidak ada pertemuan setelah ini, kecuali di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla.” Lalu dia menangis dengan keras. Gadis itu berkata, “Aku memohon kepada Allah dimana kunci hatimu berada di tangan-Nya agar memudahkan urusanmu yang sulit.” Kemudian gadis itu mengikutinya dan berkata, “Bermurah hatilah kepadaku dengan nasihat yang bisa aku bawa. Berikanlah wasiat kepadaku yang bisa aku kerjakan.”

Pemuda itu berkata, “Bertakwalah kepada Allah, jagalah dirimu, ingatlah firman Allah, ‘Dan Dia-lah yang menidurkanmu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari’ (QS. Al-An’am: 60). Gadis itu tertunduk, dia menangis lebih keras dari tangisannya yang pertama. Setelah itu dia tidak keluar rumah, dia bersungguh-sungguh beribadah. Dia tetap seperti itu hingga meninggal dalam kesedihan, menyesali dosa-dosanya selama ini. Di kemudian hari, pemuda itu teringat akan sang gadis, ia pun bersedih karena kasihan kepadanya.

Wanita itu tidak meraih apa-apa dari orang yang dicintainya, tetapi dia meraih sesuatu yang lebih utama dari dunia dan seisinya, ia menemukan jalan yang baik dan amal yang shaleh. Karenanya Allah memberi wanita tersebut taufik untuk bertaubat dan memudahkannya untuk beribadah. Semoga di akhirat dia meraih apa yang diinginkannya dan berkumpul dengan orang yang dicintainya.

KISAH ISLAMI "SEORANG ANAK DAN PAKU"


Kisah kali ini yang akan saya bagi adalah kisah seorang anak dan paku di tiang. Kisah ini merupakan sebuah pelajaran bagi kita agar senantiasa merubah diri dari perbuatan yang tadinya sangat dibenci oleh Allah SWT. Kisah yang saya kutip dari (http://seribusatukisahislami.blogspot.com) membuat saya terharu akan sebuah perjuangan seorang anak. Berikut Kisahnya :

Di masa lalu ada seoarang anak Muslim yang memiliki seorang anak lelaki bernama Mahmud. Anak lelakinya itu tumbuh menjadi seorang yang lalai menunaikan kewajiban-kewajibannya. Meskipun telah banyak ajakan, nasihat, dan perintah bapaknya agar Mahmud mengerjakan shalat, puasa, dan amal saleh lainya, Mahmud tetap meninggalkanya. Malah, ia suka bermaksiat. Mahmud suka berjudi, mabuk dan berbagai kemaksiatan lainya.

Suatu hari, bapaknya itu memanggil Mahmud, dan berkata, "Anakku, engkau ini suka lalai beribadah dan malah suka berbuat maksiat. Mulai hari ini, aku akan menancapkan paku pada tiang di halaman rumah kita.

Setiap kali, engkau berbuat maksiat maka aku akan menancapkan satu paku ke tiang itu. Akan tetapi, setiap kali engkau berbuat satu kebajikan maka aku akan mencabut sebatang paku dari tiang ini.

Sesuai dengan janjinya, setiap hari bapaknya menancapkan beberapa batng paku pada tiang itu, saat ia mengetahui Mahmud kembali bermaksiat. Kadang-kadang, dalam satu hari, ia sampai menancapkan puluhan paku di tiang itu. Ia jarang sekali mencabut paku itu keluar dari tiang karena Mahmud nyaris tidak pernah beramal saleh.

Hari demi hari berganti, minggu demi minggu berlalu, bulan pun berganti bulan, tidak terasa tahun demi tahun pun terus beredar. Tiang yang berdiri di halaman rumah Mahmud nyaris dipenuhi paku dari bawah hingga ke atas. Hampir setiap permukaan tiang itu di penuhi paku. Ada paku-paku yang sudah berkarat karena hujan dan panas.

 

Setelah melihat tiang di halaman rumahnya penuh dengan paku yang membelalakan mata, timbullah rasa malu pada diri Mahmud. Ia pun berniat untuk bertobat dan memperbaiki dirinya. Mulai saat itu juga, Mahmud mulai mengerjakan shalat. Hari itu saja, lima butir paku telah di cabut bapaknya dari tiang itu. Besoknya, Mahmud shalat lagi di tambah dengan shalat sunnah sehingga paku-paku di tiang halaman rumahnya itu semakin banyak yang di cabut bapaknya.

Hari berikutnya Mahmud meninggalkan sisa-sisa maksiat yang melekat sehingga semakin banyaklah paku-paku yang di cabut bapaknya. Hari demi hari, semakin banyak kebaikan yang Mahmud lakukan, dan semakin banyak maksiat yang ditinggalkanya, hingga akhirnya hanya tinggal sebatang paku yang tinggal melekat di tiang itu.

Kemudian bapaknya memanggil Mahmud dan berkata, "Lihatlah anakku, ini paku terakhir dan akan aku cabut keluar sekarang. Tidakkah engkau gembira?"

Mahmud terdiam sambil memandang tiang itu. Ia bukanya gembira seperti dugaan bapaknya, Mahmud malah menangis terisak-isak.

"Kenapa anakku?" tanya bapaknya, "aku menyangka, engkau tentu akan gembira karena semua paku itu telah aku cabuti."

Dalam tangisnya, Mahmud berkata, "Wahai bapakku, sungguh benar kata-katamu, paku-paku itu telah tiada, tetapi aku bersedih karena parut-parut lubang dari paku itu tetap membekas di tiang, bersama dengan karatnya. Begitu dengan kemaksiatan yang telah aku lakukan. Bekas dan karatnya pun masih ada. Bantulah aku untuk menjadi lebih baik.

Bapaknya pun langsung mengiyakannya. Ia memeluk Mahmud dengan perasaan haru dan bahagia, melihat Mahmud telah sadar sepenuhnya.

 PELAJARAN YANG BISA KITA APLIKASIKAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

     Merubah diri dari perbuatan yang tadinya sangat dibenci oleh Allah SWT
     Menjadi seorang yang taat dan senantiasa membersihkan diri dari perbuatan dosa. Allah SWT

Semoga Bermanfaat !

Rabu, 04 Maret 2015

SUNGGUH BEGITU ROMANTIS KISAH CINTA ALI DAN FATIMAH


Kali ini saya ingin berbagi tentang kisah cintahamba Allah, yang bisa dijadikan inspirasi dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan kesesatan cinta.

Ada rahasia terdalam di hati Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.

Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn 'Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka'bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!

Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu

"Allah mengujiku rupanya", begitu batin ’Ali.

Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakar. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakar lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti 'Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakar menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara 'Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakar; 'Utsman, 'Abdurrahman ibn 'Auf, Thalhah, Zubair, Sa'd ibn Abi Waqqash, Mush'ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti 'Ali.

Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakar; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, 'Abdullah ibn Mas'ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan 'Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakar sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

'Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. "Inilah persaudaraan dan cinta", gumam 'Ali.

"Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku."

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.

Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.

'Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. 'Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah 'Ali dan Abu Bakar. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya 'Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, 'Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, "Aku datang bersama Abu Bakar dan 'Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan 'Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan 'Umar.."

Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana 'Umar melakukannya. 'Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.

'Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka'bah. "Wahai Quraisy", katanya. "Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang 'Umar di balik bukit ini!" 'Umar adalah lelaki pemberani. 'Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. 'Umar jauh lebih layak. Dan 'Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti

Ia mengambil kesempatan

Itulah keberanian

Atau mempersilakan

Yang ini pengorbanan

Maka 'Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran 'Umar juga ditolak.

Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti 'Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi'kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.

Di antara Muhajirin hanya 'Abdurrahman ibn 'Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa'd ibn Mu'adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn 'Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

"Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?", kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. "Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. "

"Aku?", tanyanya tak yakin.

"Ya. Engkau wahai saudaraku!"

"Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?"

"Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!"

'Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.

"Engkau pemuda sejati wahai 'Ali!", begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, "Ahlan wa sahlan!" Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.

Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

"Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?"

"Entahlah.."

"Apa maksudmu?"

"Menurut kalian apakah 'Ahlan wa Sahlan' berarti sebuah jawaban!"

"Dasar tolol! Tolol!", kata mereka,

"Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !"

Dan 'Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, 'Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.

'Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, "Laa fatan illa 'Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!" Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti 'Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada 'Ali, "Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda"

'Ali terkejut dan berkata, "kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?"

Sambil tersenyum Fathimah berkata, "Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu" ini merupakan sisi ROMANTIS dari hubungan mereka berdua.

Kemudian Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut."

Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:

"Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak." (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4)

Semoga kita bisa mengikuti kisah cinta yang diceritakan di atas, dan menjadi panutan dalam hidup kita mengingat kehidupan kita sekarang sudah dimasuki oleh kaum modernitas yang munafik.
◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Copyright 2013 Islam: Maret 2015 Template by Badar Jailani. Powered by Blogger