Posted by Badar Jailani. Category:
Kisah Islami
Perjalanan hidup yang berliku
selalu membawa sebua bahagia dan pilu dan kadang pula menyayat hati kita.
Kehidupan apapun kita harus mensyukuri, karna di balik kesyukuran itu akan
mendapatkan hal yang lebih baik soalnya Allah maha penyayang terhadap HambaNya.
Berikut kisah inspiratif yang perlu dipedomani karna lika-liku kehidupan yang
pahit tapi berbuah berkah.
Aku takut ... Keluargaku
tergolong ekonomi lemah. Mamaku telah pergi ke luar kota untuk tinggal dengan
kakak pertamaku. Dirumah aku tinggal dengan ayahku yang kerjaannya hanya mabuk
dan tidur, memang ayah tidak pernah macam-macam padaku, sementara dua adik laki-lakiku
jarang ada dirumah.
Sebelum mama pergi keluar kota,
rumah kecil yang kami tempatin di kontrakkan pada calon mahasiswa sebuah
universitas, kulitnya hitam legam, dan baunya tidak enak, memang dia orang
mampu, hanya saya takut dengan orang itu, yang kerjaannya tiap hari minum
minuman keras. Aku sekarang tinggal dirumah bersama 4 orang laki-laki. Dengan
ruangan yang sempit, tidurpun harus bersama dan hanya dibatasi oleh lemari
pendek saja. Kadang saya merasa risih.
Sudah 1 bulan mama diluar kota,
dan menghubungiku hanya beberapa kali, dapat dihitung dengan jari.
Satu waktu mamaku nelpon, mama
bilang...
...."De, kalau kurang uang
minta aja ama Bang Moko, segala keperluan ade dia yang nanggung, mama gakan
kasih uang kiriman lagi. Kamu harus menuruti semua keinginan Bang Moko,jangan
malu-maluin mama".. Tanpa menanyakan kabarku, adik-adikku, dan ayahku.
Sedih dan bingung rasanya dan sampai sekarang aku ga mengerti maksud perkataan
mamaku di telpon tadi.
Tak lama setelah mama nelpon,
Bang Moko menghampiriku, dia merangkulku dengan erat, aku hanya bisa berteriak,
Papaku malah tersenyum di atas kursi, tak ada satupun tetangga yang lewat
seperti biasanya. Bang Moko dalam keadaan mabuk terus-terusan merangkulku dan
mengejarku, pintu rumah dikunci olehnya, ayahku malah terus tersenyum, aku
hanya bisa menangis dan menjerit. "Tuhan,,, Apa salahku?? ampuni aku
Tuhan". Sampai beberapa waktu saya terjatuh, Bang Moko berhasil merenggut
kegadisanku. Aku kaget mendengar penjelasan dari Bang Moko kenapa melakukan hal
itu terhadapku.
Dengan entengnya Bang Moko
menjawab, "hei dek, mamamu sudah menjual kamu padaku, bahkan rumah ini
sudah aku beli, sekarang mamamu gakan pernah bisa bertemu denganmu lagi. Mamamu
sudah jadi penduduk sana". Aku sangat sedih mendengar semua itu.
"Kenapa mama tinggal disana bang? kenapa mama tidak bilang padaku?"
tanyaku sambil meneteskan air mata kesakitan. "Mamamu sudah tidak mampu
membiayaimu, sementara ayahmu, kamu bisa lihat sendiri, ga ada pemasukan untuk
dia, kerjapun ga punya, dan adik-adikmu sibuk sendiri dengan dunianya. Mamamu
disana jadi PSK (Pegawai sex komersil), orang sana pada hitam,walaupun mamamu
sudah berumur, tapi banyak yang tertarik, hahahah" jawabnya lantang
kepadaku.
Semejak kejadian itu, aku menjadi
pendiam, bahkan awal mula aku berkerudung, sekarang sudah tidak lagi, Bang Moko
melarangku berkerudung. Ayahku meninggal karena kebanyakan meminum minuman
keras, sementara kedua adikku pergi kerja keluar kota. Aku sekarang tinggal
sendiri dirumah. Sementara Bang Moko, hanya hari libur saja ke rumah dan nginap
dirumah. Aku harus melayani bang Moko seperti suamiku.
Memang dari segi materi dia
sangat perhatian. Segala kebutuhanku dipenuhinya. Namun tak jarang juga aku
mendapatkan perlakuan kasar darinya. Bahkan sering kali kerumahku berdatangan
permpuan-perempuan panggilan. aku tidak bisa melarangnya. aku tidak punya hak
apapun. perempuan itu bergantian datang. Aku malu terhadap tetanggaku.
Dan tak lama tetanggaku mencium
bahwa rumahku dijadikan tempat maksiat. sampai suatu hari, Bang Moko di usir
dari kampung, status kemahasiswaannya dicabut oleh kampus, dan bang Mokopun
pergi ke tempat asalnya. Sekarang aku di rumah sendiri. untuk hidup aku mencari
pekerjaan jasa mencuci pakaian tetanggaku.
Alhamdulillah aku masih bisa
makan dari hasil kerjaku sendiri. Walaupun hati ini masih merasakan kesakitan
yang sangat dalam. Takkan pernah ku lupakan kejadian ini, dan mudah-mudahan
tidak ada lagi orang yang bernasib sepertiku. Kini aku telah memakai kembali
jilbabku, tanpa ada yang melarang.
Sudah 3 Minggu aku bekerja dan
hidup sendiri dirumah, tak ku sangka... aku harus menanggung satu beban lagi.
Aku Hamil!!! Tuhan.... Cobaan apa lagi yang Engkau berikan kepadaku? Apa yang
harus kulakukan? Aku hanya mampu meminta pertolongan kepada-Mu. Kalau memang
anak yang aku kandung ini bisa mengangkat nama baikku, sehatkan dan lindungi
dia sampai dia bisa melihat dunia ini, tetapi kalau anak ini hanya memberikan
beban untukku, semuanya aku serahkan kepadamu".
Sholat malam selalu aku lakukan,
dan rutinitas pekerjaan jasa cuci terus aku jalani. Beberapa bulan kemuadian,
salah satu tetanggaku yang pakaiannya selalu aku cucikan hampir tiap hari
melihat perkembangan perutku yang terus membesar, Tetanggaku sangat
berpendidikan. Aku suka memanggilnya Bu Ratna, dia seorang Dosen di salah satu
perguruan tinggi negeri di daerah Bandung. dia mempunyai 1 orang anak namun
sudah besar dan sedang melanjutkan sekolah di malaysia. Setau aku, Bu Ratna
tidak bisa hamil lagi karena dia terserang kista dan rahimnya di angkat oleh
dokter.
Dengan konsentrasi dan terus
mencuci tiba-tiba Bu Ratna memanggilku, dan Dia hanya bilang "De, nanti
setelah nyuci ke rumah sebentar ya? ada yang saya mau tanyakan?" sapanya
ramah kepadaku. "Iya bu, saya mau jemur dulu pakaian ini, nanti saya temui
ibu", jawabku dengan sedikit kebingnungan.
Setelah beres mencuci dan
menjemur semua pakean, aku langsung menemui Bu Ratna. "ada apa Bu? ada
yang harus saya kerjakan lagi?", Bu Ratna dengan ramah hanya bilang
"Enggak De, maaf sebelumnya, ibu melihat perutmu semakin hari semakin
membesar? kenapa? apa kamu hamil?" Tanyanya dengan langsung ke topik
tetapi dengan gayanya yang sangat ramah, aku terdiam beberapa saat... dan
karena aku yakin bahwa Bu Ratna orangnya sangat baik, akhirnya aku menceritakan
semua kejadian yang menimpaku. dan akupun bilang bahwa aku hamil oleh Bang Moko
yang waktu-waktu kebelakang di gerebek dan diusir masyarakat.
Singkat pembicaraan, Bu Ratna
bilang "De, ibu hanya ingin menolong kamu, dengan sebisanya, kebetulan
anak ibu satu-satunya sudah dewasa, dan ibu tidak bisa mempunyai anak lagi,
meskipun cita-cita ibu pengen punya anak lebih dari 1 orang,tapi kesehatan ibu
kurang mendukung, ibu harap kamu tidak tersinggung dengan ucapan ibu yang
selalu langsung pada inti pembicaraan. Kalau tidak keberatan, Ibu ingin merawat
anakmu nanti kalau sudah lahir. Makannya kamu jaga kandungan kamu, jangan
samapai kenapa-kenapa dengan anakmu, soal tetangga biar Ibu dan Suami ibu yang
hadapi.
~Air mataku tiba-tiba menetes,
sedih dan haru yang aku rasakan saat itu, ucapan yang keluar dari kata-kata Ibu
ratna membuatku langsung sujud syukur..."~
*Alhamdulillah... sebelumnya
makasih banyak ibu, saya benar-benar senang mendengarnya. Saya pasti akan
menjaga kandungan saya ini.
*Singkat cerita, 9 Bulan 10 Hari
akupun melahirkan seorang anak perempuan yang begitu manis, untunglah,,,
mukanya tidak seperti Bang Moko. Bu Ranta sangat senang melihat anakku lahir.
sedangkan pak Edi (Suami Bu Ratna) pun menyambut dengan ramah dan mereka telah
mempersiapkan nama untuk anak saya. Dengan meminta ijin dan persetujuan aku,
anakku diberinama "PUTRI AZ ZAHRA".
Alhamdulillah anakku bisa
merasakan kebahagiaan dengan lingkungan yang sangat menyayanginya. lebih
mengharukan dan menyenangkan lagi, Bu ratna tidak pernah menutupi dan menyembunyikan
siapa saya pada anakku. Sampai tumbuh dewasa, anakku tahu kalau aku ibu
kandungnya. Namun anakku lebih bisa tahu diri, kecerdasan yang dimiliki anakku
sangat membantu keluarga Bu Ratna dan Pak Edi sehari-hari. Bahkan Anak
kandungnya sangat menyambut hangat dengan kehadiran anakku yang di besarkan dan
dibiayai oleh orangtuanya.
Maha besar Allah dengan semua
anugerahnya. Kini akupun tidak lagi sebagai tukang cuci keliling kampung. Pak
Edi dan Bu ratna membukakan aku sebuah Grosir dan Warung nasi untuk usahaku.
Grosirku sangat maju dan laris, alhamdulillah atas rejeki dari Allah swt yang
diberikan melalui Keluarga Ibu Ratna dan Pak Edi saya mampu menghidupi diri
sendiri dan anak saya. walaupun 100% anakku dibiayai oleh Pak Edi, namun aku
masih berkewajiban menafkahi anakku. Usahaku sangat lancar, bahkan aku bisa
membeli tanah dan kendaraan dari uang ku, tanpa melupakan jasa keluarga Pak Edi
Tentunya.
Inspirasi dalam kisah diatas mudah-mudahan dapat menjadi bekal dalam mengarungi kehisupan, terima kasih !
0 komentar:
Posting Komentar