Posted by Badar Jailani. Category:
Opini Islami
Maaf saudara ku sekalian, kalau dari kita semua ada yang mempeertanyakan bagaimana cara membangun masyarakat islami ? Mungkin seperti ini penjelasannya.
Indonesia, melebihi
kebanyakan negara-negara lain, merupakan
negara yang tidak saja multi-suku, multi-etnik, multi-agama tetapi juga
multi-budaya. Kemajemukan tersebut pada satu sisi merupakan kekuatan sosial dan
keragaman yang indah apabila satu sama lain bersinergi dan saling bekerja sama
untuk membangun bangsa. Namun, pada sisi lain, kemajemukan tersebut apabila
tidak dikelola dan dibina dengan tepat dan baik akan menjadi pemicu dan
penyulut konflik dan kekerasan yang dapat menggoyahkan sendi-sendi kehidupan
berbangsa.
Agama dan tradisi dalam
sejarah kehidupan umat manusia ibarat dua sisi mata uang yang tak dapat
dipisahkan. Sebut saja misalnya Timur Tengah dengan tradisi Islamnya, Eropa dan
Amerika dengan tradisi Kristen, Cina dengan tradisi Konfusianisme, India dengan
tradisi Hinduisme. (Amin Adullah, 2005).
Menafikan keberadaan
tradisi-tradisi agama di muka bumi, baik di Barat apalagi di Timur, merupakan
pekerjaan yang sia-sia. Masing-masing mempunyai hak hidup yang sama;
masing-masing mempunyai cara untuk mempertahankan tradisi dan identitasnya
sendiri-sendiri dengan berbagai cara yang bias dilakukan. Cara yang paling
tepat adalah melalui jalur pendidikan, karena ia merupakan alat yang paling
efektif untuk meneruskan, melanggengkan, melestarikan dan mempertahankan tradisi
dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan dari abad yang satu ke abad yang
lain.
Ada empat hal yang
menjadi syarat terwujudnya masyarakat Islami. Pertama, Musyawarah. Dalam
tatanan kepemerintahan, musyawarah dijadikan sebagai media untuk membiasakan
rakyat mengeluarkan pendapat serta mempraktikkannya. Senada dengan pandangan
Muhammad ‘Abduh, bahwa secara fungsional, musyawarah untuk membicarakan
kepentingan masyarakat dan masalah-masalah kepemerintahan.
Kedua, keadilan. Upaya menegakkan
keadilan dan menghilangkan kezaliman merupakan sebuah keniscayaan dalam hidup
bermasyarakat. Langkah ini akan melahirkan keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat. Begitu pula bagi masyarakat Kabupaten Temanggung khususnya,
mempunyai pemimpin yang adil adalah sebuah keniscayaan. Bagi mereka,
kepemimpinan bukan hanya sekedar hasil kesepakatan bersama, tetapi sebuah
komitmen untuk menegakkan keadilan.
Seorang imam masjid misalnya.
Posisinya di mata masyarakat Temanggung sangat terhormat. Bukan hanya dipandang
sebatas imam, namun sosoknya mampu menyerupai Gus Dur sebagai teks. Seorang Gus
Dur, dimana setiap perkataan dan perbuatannya selalu dijadikan teks rujukan
oleh para akademis. Pemikiran sosial politiknya selalu dijadikan bahan rebutan
media massa.
Ketiga, persaudaraan.
Membangun masyarakat dengan dasar persaudaraan, akan menghasilkan masyarakat
yang solid, rentan oleh tindak-tanduk kekerasan. Setiap individu akan selalu
mengedepankan pemenuhan kewajibannya, daripada penuntutan hak. Sehingga mereka
akan terus saling berlomba-lomba dalam kebaikan.
Keempat, toleransi.
Nilai rohmatan lil’alamin yang diajarkan Islam, patut untuk diteladani. Bahkan
ternyata, bukan hanya golongan Islam saja yang mempraktikkannya. Di abad
ke-lima, masyarakat Athena sudah mempunyai pandangan ideal mengenai kehidupan
bermasyarakat. Mereka berasumsi, masyarakat dengan segala kekurangannya harus
memperhatikan hak-hak dan keadilan kodrat serta menentang kedudukan berdasarkan
kebiasaan yang hanya secara kebetulan saja.
Semoga bermanfaat !
0 komentar:
Posting Komentar